August 2, 2020

444 words 3 mins read

Sharing or Needing for recognition?

“The best way to reinforce your knowledge of a subject is to share it. The best way to master something is to teach it to someone else.”

~Richard Feynman

image Sebuah ungkapan yang sering kita dengar, bahwa cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengajar (menyebarkan ilmu). Dengan mencoba untuk mengajarkan pengetahuan pada orang lain, maka kita dituntut untuk terlebih dahulu mempelajari, merangkai pemahaman dengan bahasa yang mudah dimengerti, dan mengantisipasi berbagai kemungkinan pertanyaan.

Perlu disadari bahwa prinsip tersebut tidak serta merta dapat diterapkan di berbagai lingkungan. Belajar dengan mengajar akan dapat dengan mudah dipahami dalam konteks lingkungan akademis atau pengembangan diri, seperti kampus atau komunitas belajar. Situasi akan menjadi agak berbeda di tempat lain seperti lingkungan kerja.

Dengan berbagai tekanan pekerjaan dan situasi tempat kerja, tidak semua individu memiliki pola pikir dan pemahaman yang sama tentang “sharing“. Keinginan untuk berbagi kerap kali bias dan diasosiasikan dengan keinginan untuk diakui (needing for recognition). Kesalahpahaman tersebut tidak hanya terjadi pada orang lain, namun kadang juga terjadi pada diri sendiri. Akibatnya, apabila pengakuan terhadap suatu prestasi tidak cukup didapatkan, maka secara spontan akan muncul kegelisahan. Padahal sesuatu yang kita kerjakan adalah bagian dari pekerjaan, sudah mendapat insentif, dan dimaksudkan agar orang lain dapat mengetahui apa yang telah Anda pelajari (lessons learned).

Untuk itu, ada beberapa tips yang dapat diterapkan untuk memperjelas antara keinginan untuk berbagi dengan keinginan untuk diakui.

  1. Test the water. Lakukan uji coba 1 atau 2 kali, apakah suatu lingkungan responsif dengan budaya berbagi. Apabila tidak ada feedback yang berarti, maka bisa jadi lingkungan tersebut tidak terbiasa dengan budaya tersebut. Anda ingin merubahnya? apabila Anda memiliki kesabaran maka itu bisa dilakukan.
  2. Find the right circle. Temukan lingkungan yang sesuai dengan budaya tersebut. Sebagai contoh, pada grup komunitas. Cobalah untuk mencari forum yang sesuai seperti grup Telegram, grup alumni, atau forum diskusi online.
  3. Stay away from social media. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berbagai fitur social media seperti like, dislike, comment, retweet dan sebagainya telah dijadikan indikator kepuasan seseorang terhadap pencapaiannya. Padahal, respon-respon tersebut mungkin tidak ada kaitannya dengan kualitas anda dan tidak selayaknya menjadikan Anda membenci diri Anda sendiri.
  4. Do it and forget it. Salah satu ciri keihkhlasan ada lupa (pada perbuatan baik diri sendiri). Termasuk dalam berbagai pencapaian, ada kalanya cukup untuk menjadikan Anda puas terhadap diri Anda sendiri, tanpa harus terpengaruh dengan apa yang dipikirkan orang lain terhadap Anda. Remember that everyone has their own problems. Percayalah, setiap orang punya masalah dan mereka dapat menjadi sangat sibuk dengan urusan mereka tanpa punya waktu sedikitpun untuk memikirkan orang lain, termasuk Anda. Berbahagialah dan bersyukurlah apabila Anda masih memiliki waktu untuk belajar, berbagi dan merayakan pencapaian Anda. Tidak semua orang seberuntung Anda. Keep up the good works!
comments powered by Disqus